PROLOGUE
Hembusan angin sore menerpa wajah
oriental Nesya, udara sejuk harusnya dapat menyenangkan hatinya, jarang-jarang
terik matahari tidak terlalu menyengat padahal baru jam 4 sore. Tapi Nesya
tidak bisa menikmati sore indah itu, hatinya terasa berat, air mata yang
mengenang berusaha ia tahan untuk tidak jatuh membasahi pipi merahnya. Walaupun
berusaha tenang tapi bibir tidak bisa dipaksa untuk tak bergetar. Ia dihadapkan
pada keputusan yang sangat sulit. Ingin iya acuhkan cowo didepannya ini, tapi
matanya tak bisa lepas untuk tak menatap, wajah penuh harapan yang
diperlihatkan Arya tidak bisa melunakkan hati Nesya yang sudah telanjur
sakit.
Arya terus menggengam tangan
Nesya dengan sabar menunggu jawaban, cowo ini pun seperti lupa caranya untuk
bernafas, jantungnya berdegup kencang sampai ia bisa mendengar degupan itu
dengan jelas. Ia tahu perempuan yang tak pernah lepas dari benaknya ini tak
akan menerimanya lagi setelah semua hal buruk yang sudah ia lakukan, tapi Arya
juga tidak bisa menahan rasa yang terus mengusik harinya. Ia ingin Nesya
kembali.. Ia ingin mereka bisa mengulang semuanya seperti dulu. Tapi ini bukan
pertama kalinya ia memutuskan hubungan dengan Nesya dan memintanya kembali,
demi apapun untuk yang kali ini ia akan benar-benar menghilangkan sikap
keegoisannya dan menjaga Nesya sampai kapanpun kalau diberikan kesempatan kedua
kalinya.
“Aku..” jangan nangis Nes, gak kali ini, please.. Batin Nesya. “Aku
gak bisa. Maksudku, sampai kapanpun aku bakal sayang sama kamu, dua tahun itu
bukan waktu yang sebentar buat bisa gak suka sama kamu lagi, tapi.. rasa sakit
hati masih terasa jelas banget Ry.. dan ini bukan yang pertama. Tapi aku mau
kita tetep temenan, aku selalu ada disini, kapanpun disaat kamu butuh atau ga
butuh, aku selalu disini.” Dugaanku akan merasa lega setelah menolak Arya
ternyata salah, nafasku masih terasa berat, aku gak mau ini, maksudku aku mau
balikan, aku mau banget tapi aku juga gabisa terima, dia lebih percaya sama temennya
daripada aku, dia mutusin aku dengan alasan kalau dia gak suka aku lagi,
segampang itu, dan sekarang aku gak bisa segampang itu nerima dia lagi, aku
gabisa terima itu semua, dan cowok bukan cuman dia, jadi ini keputusan yang
paling tepat. Gak balikan.
Dengan pelan Arya melepaskan genggamannya, senyum
yang jelas-jelas dipaksakan itu tersungging di wajahnya, aku tak bisa merasakan
hangat tatapannya lagi, matanya terasa kosong bagiku saat ini, “Aku ngerti, gpp
lagi, kita bakal temenan aja, sahabatan, dan aku gak bakal suka siapapun lagi
selain kamu. Aku juga selalu disini, kapanpun kamu butuh atau gak butuh, aku
disini” Arya tersenyum lebar memperlihatkan gigi berbehelnya, senyum yang sudah
lama tidakku lihat, senyum yang gak pernah gagal buat aku ikut tersenyum, sorot
mata kekecewaan sedikit pudar dari matanya, “Udah soree pulanggg yuukkkk,
lagian masih banyak peeeerrr” ajak Arya dengan nada bersemangat, aku berjalan
pelan dengan langkah kecilku mengikutinya, sambil menggangguk mengiyakan ajakan
cowo tinggi ini, meninggalkan taman pasir dengan playground yang hanya berjarak
beberapa langkah dari rumahku, rumah kami memang berdekatan, kami tinggal dalam
satu kompleks, dan sekolah kami juga berada di dalam kompleks elite ini.
“Bye
Nes” seperti biasa ia melambaikan tangan seperti anak kecil setelah mengantarku
pulang, kebiasaan yang gak pernah hilang, aku tersenyum dan melambaikan tangan
sambil memperhatikannya pergi sampai tak terlihat, lalu aku menutup pintu rumah
berlari ke kamar meringkup ke bawah selimut sambil memeluk boneka panda
pemberian Arya dan menagis terisak-isak tak hentinya.
No comments:
Post a Comment