Pages

Saturday, March 30, 2013

masa kecil dulu.. lol

nemu foto pass.... masih umur 12san kayanya :/ beda banget gosshh :') kangenkangen!!!! kangen belajar ngutek bareng, kangen teriak bareng, kangenn natasya ferena!! gak percaya foto ini msh ada... srsly  asddfgfhfjks

Sunday, March 24, 2013

memories (1)



SATU
All night, I wait for the sun to rise out the window
Because when morning comes, I can meet that person
Thank you for holding my hand, thank you for looking into my eyes
Thank you, my prince that I’ve dreamed of, for appearing before me

All day, I wait for the moon to rise in the sky
Because when night comes, I can talk to you
Don’t forget our promise, don’t forget our secrets
Don’t forget how my heart raced when you looked at me
                Park Bo Young-My Prince

Dengan pajamasnya Nesya duduk di atas tempat tidur sambil menyilangkan kaki. Dengan asik ia me-reblog gambar-gambar yang ada di tumblr.  Tiba-tiba bbnya bergetar pertanda ada bbm yang masuk. Dari Joline.
Joline: Nes, besok jadi kan nonton di blitz?

Nesya: Jadi. A werewolf boy kan? Aku udah pengen banget nonton itu. Siapa aja yang ikut?

Joline: emm.. ada enam orang. Yauda aku pesenin tiketnya ya, besok aku   nebeng kamu bisakan? Mobilku di bengkel udah gitu ortu lagi di luar kota nih. Bella, Olive, Putri nebeng Kezia, rame, jadi aku ikut kamu yaa… boleh yaa? Pasti boleh deh ;;3 hihi

Nesya: Iyaiyaa, bolehhhhh hahahha

Joline: Asikkk, haha baik deh ;P thanks ya Nesyaaaaaaaa, gnight{}

Setelah membaca balasan bbm dari Joline, tanpa dibalas Nesya segera meng-charge bbnya. Yak, udah jam 10 malem, gak kerasa. Nesya segera mematikan laptopnya dan menaruhnya di meja belajar, dan menyiapkan buku sekolah buat besok, “Notenya kutaruh dimana ya kemarin, kebiasaan banget deh lu nes.” Dengan sibuk ia mencari notebook yang selalu ia bawa ke sekolah sebagai agenda kecil, ia membuka laci meja belajarnya dan segera mengambil note kecil itu, ternyata di bawah notenya ada foto Polaroid Nesya dengan Arya, Nesya inget banget foto ini di ambil saat kelas delapan dulu.

 Arya mengenakan T-shirt merah pemberian Nesya dan Nesya mengenakan T-shirt hitam dan cardigan ombre, sambil menggunakan gelang pemberian Arya. Arghh Nesya menggumam gak jelas sambil melempar foto tersebut kedalam laci dan menutup laci dengan kasar. “Move on nes, move on, jangan inget-inget lagi, itu masa lalu..”Lagi-lagi nafasnya terasa berat, ia berusaha untuk mengingat hal lain untuk melupakan kenangan indahnya dulu bersama Arya. Kenangan yang sakit banget untuk diinget, tapi terlalu manis buat dilupakan. Dengan langkah malas dan tidak bersemangat Nesya meringkuk ke atas tempat tidur menarik selimut sambil mengusap air mata yang membasahi bantal. “Gakk, gak boleh, aku gak kenapa-kenapa tanpa Arya, ini terakhir kalinya aku nangis kayak gini, ugghh please Nes, don’t be stupid.” Nesya menguatkan dirinya sendiri dan berusaha tersenyum, pokoknya besok jangan keliatan sedih. Nesya mematikan lampu, memeluk guling dan terlelap dalam tidur.

*Keesokan pagi*
“Mom, dad, Nesya sekolah dulu ya bye” dengan cepat aku menuruni tangga dan berpamitan pada kedua orangtuaku, dad yang asik membaca Koran hanya mendongak sedikit ingin melambaikan tangan tapi aku sudah menutup pintu rumah dan berlari kecil menuju sekolah, begitu juga mom yang ingin menwarkan sarapan tapi tidak sempat. Aku selalu memulai pagi dengan semangat, separah apapun kejadian kemaren atau tadi malam, aku gak akan bangun dengan muka cemberut, bagiku anti banget cemberut atau manyun pagi-pagi gini, kalau pagi aja udah bad mood sampe sore ya bad mood terus, jadi pagi itu penentu banget.

 Mobil udah banyak yang mengantri di depan sekolah, murid-murid juga sudah berhamburan turun dari bus jemputan. Aku berjalan santai memasuki gerbang sekolah dan menaiki tangga, kelasku berada di lantai paling atas, lantai tiga. Jenjang paling tinggi di sekolah ku ya cuman sampai SMP, kita perkelas juga tidak terlalu banyak, walaupun begitu berisiknya sudah mengalahkan pasar malam. Gak biasanya hari sabtu gini ke sekolah pakai seragam biasanya baju bebas soalnya cuman ekstrakulikuler, tapi karena UAS jadinya pake seragam. Hari terakhir UAS yes, ucapku dalam hati, pulangnya cepet, UASnya bahasa Inggris doang lagi, iya doang hehehe. Inggris salah satu mata pelajaran yang di UN-kan, jadi nilainya harus bagus. Ya, semua mata pelajaran harus bagus tapi ini wajib harus lebih bagus dari biasanya.

 “Nesyaaaaaaaaaaa” sapa Olive sambil tersenyum lebar, superb lebar… lebar banget astaga, sampai aku bisa melihat gigi besarnya berjejer dengan rapi,  anak ini kenapa sih, batinku. “Kenapa live?” tanyaku sambil mengambil papan dan alat tulis dari dalam tas, “Gapapa hehe manggil doang huahuahauahua” jawab Olive sambil tertawa menggelegar, yaampun aku jadi ngeri sama Olive huft. Aku hanya mengangkat alis dan menjawab singkat dengan nada datar “Kay.” “Eh eh nes, kamu tau ga, katanya Arya punya gebetan gitu loh, aku kemaren stalk twitternya hahaha” Olive memberitahuku dengan tampang polos, aku berusaha menahan semua rasa yang gak jelas ini dan berusaha bersikap sebiasa mungkin, “Siapa?”, “Gaktau juga katanya sih temen lesnya gitu, cantik gitu loh, blasteran gitu deh, eh kamu udah putus lama kan sm Arya? Jadi gak kenapa-kenapa kan?” balas Olive dengan ringan, masih menahan untuk gak memperlihatkan muka shock aku sebisa mungkin terlihat tenang,  belum sempat kujawab Mr.Ramash sudah datang dan membawa lembar jawaban dan soal UAS, “Tasnya ditaruh di depan, isi data diri dulu, buletinnya teliti jangan ada yang ketinggalan, jangan sampai LJK kalian kotor, basah, robek, soalnya bakal di scan, waktunya sampai jam 9.30, lalu pulang karena hanya satu mata pelajaran.”

 Mr.Ramash membagikan soal dan LJK, semua murid tenggelam dalam soal UAS masing-masing, aku mengerjakan dengan sangat teliti, bahkan aku mengecek data diri dan jawabanku sampai empat kali, pokoknya nilai ku harus bagus.

best couples ever.... naww


Saturday, March 23, 2013

memories



PROLOGUE
            Hembusan angin sore menerpa wajah oriental Nesya, udara sejuk harusnya dapat menyenangkan hatinya, jarang-jarang terik matahari tidak terlalu menyengat padahal baru jam 4 sore. Tapi Nesya tidak bisa menikmati sore indah itu, hatinya terasa berat, air mata yang mengenang berusaha ia tahan untuk tidak jatuh membasahi pipi merahnya. Walaupun berusaha tenang tapi bibir tidak bisa dipaksa untuk tak bergetar. Ia dihadapkan pada keputusan yang sangat sulit. Ingin iya acuhkan cowo didepannya ini, tapi matanya tak bisa lepas untuk tak menatap, wajah penuh harapan yang diperlihatkan Arya tidak bisa melunakkan hati Nesya yang sudah telanjur sakit.   

Arya terus menggengam tangan Nesya dengan sabar menunggu jawaban, cowo ini pun seperti lupa caranya untuk bernafas, jantungnya berdegup kencang sampai ia bisa mendengar degupan itu dengan jelas. Ia tahu perempuan yang tak pernah lepas dari benaknya ini tak akan menerimanya lagi setelah semua hal buruk yang sudah ia lakukan, tapi Arya juga tidak bisa menahan rasa yang terus mengusik harinya. Ia ingin Nesya kembali.. Ia ingin mereka bisa mengulang semuanya seperti dulu. Tapi ini bukan pertama kalinya ia memutuskan hubungan dengan Nesya dan memintanya kembali, demi apapun untuk yang kali ini ia akan benar-benar menghilangkan sikap keegoisannya dan menjaga Nesya sampai kapanpun kalau diberikan kesempatan kedua kalinya.

 “Aku..” jangan nangis Nes, gak kali ini, please.. Batin Nesya. “Aku gak bisa. Maksudku, sampai kapanpun aku bakal sayang sama kamu, dua tahun itu bukan waktu yang sebentar buat bisa gak suka sama kamu lagi, tapi.. rasa sakit hati masih terasa jelas banget Ry.. dan ini bukan yang pertama. Tapi aku mau kita tetep temenan, aku selalu ada disini, kapanpun disaat kamu butuh atau ga butuh, aku selalu disini.” Dugaanku akan merasa lega setelah menolak Arya ternyata salah, nafasku masih terasa berat, aku gak mau ini, maksudku aku mau balikan, aku mau banget tapi aku juga gabisa terima, dia lebih percaya sama temennya daripada aku, dia mutusin aku dengan alasan kalau dia gak suka aku lagi, segampang itu, dan sekarang aku gak bisa segampang itu nerima dia lagi, aku gabisa terima itu semua, dan cowok bukan cuman dia, jadi ini keputusan yang paling tepat. Gak balikan.

 Dengan pelan Arya melepaskan genggamannya, senyum yang jelas-jelas dipaksakan itu tersungging di wajahnya, aku tak bisa merasakan hangat tatapannya lagi, matanya terasa kosong bagiku saat ini, “Aku ngerti, gpp lagi, kita bakal temenan aja, sahabatan, dan aku gak bakal suka siapapun lagi selain kamu. Aku juga selalu disini, kapanpun kamu butuh atau gak butuh, aku disini” Arya tersenyum lebar memperlihatkan gigi berbehelnya, senyum yang sudah lama tidakku lihat, senyum yang gak pernah gagal buat aku ikut tersenyum, sorot mata kekecewaan sedikit pudar dari matanya, “Udah soree pulanggg yuukkkk, lagian masih banyak peeeerrr” ajak Arya dengan nada bersemangat, aku berjalan pelan dengan langkah kecilku mengikutinya, sambil menggangguk mengiyakan ajakan cowo tinggi ini, meninggalkan taman pasir dengan playground yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumahku, rumah kami memang berdekatan, kami tinggal dalam satu kompleks, dan sekolah kami juga berada di dalam kompleks elite ini. 

“Bye Nes” seperti biasa ia melambaikan tangan seperti anak kecil setelah mengantarku pulang, kebiasaan yang gak pernah hilang, aku tersenyum dan melambaikan tangan sambil memperhatikannya pergi sampai tak terlihat, lalu aku menutup pintu rumah berlari ke kamar meringkup ke bawah selimut sambil memeluk boneka panda pemberian Arya dan menagis terisak-isak tak hentinya.